Selasa, 01 Oktober 2013

pengantar aliran pendidikan


ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar – Dasar Menulis


oleh:

TITIS ANTIKA SARI
2101412003



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

PRAKATA

            Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan alam dan seisinya. Dengan kekuasaan-Nya pula, penulis telah menyelesaikan penyusunan makalah,      makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan sebagai bahan pengajaran mengenai ilmu pendidikan dengan sub judul “aliran-aliran pendidikan”.
            Penulis mengucapkan terimakasih atas kerjasama dari berbagai pihak, sehingga terciptanya karsa warsa dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia memiliki keterbatasan, tentunya makalah  ini masih jauh dari sempurnaan.. Penulis senantiasa mengharapkan kontribusi pemikiran pembaca , baik berupa kritik maupun saran demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.........



                                                                        Semarang,    Desember 2012
                                                                        Penulis







i
DAFTAR ISI

PRAKATA.............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
            BAB I PENDAHULUAN               
1.1  LATAR BELAKANG................................................................................................1
1.2  TUJUAN ..................................................................................................................1
1.3  RUMUSAN MASALAH...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
            2.1 ALIRAN EMPIRISME..............................................................................................2
            2.2 ALIRAN NATIVISME..............................................................................................3
            2.3 ALIRAN NATURALISME........................................................................................4
                        2.4 ALIRAN KONVERGENSI ......................................................................................5
            2.5 ALIRAN PROGRESIVISME....................................................................................6
            2.6 ALIRAN KONSTRUKTIVISME..............................................................................6
            2.7 GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN............................................................7
            2.8 ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA................................................8
BAB III PENUTUP
            3.3 SIMPULAN.............................................................................................................11
            3.4 SARAN....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12









ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pemikiran dan praktek pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan sejak jaman dahulu, perkembangan pendidikan mengikuti dengan perkembangan IPTEK. Berbagai pikiran tentang pendidikan sangatlah beraneka ragam, perubahan sosial budaya merupakan salah satu faktor pemicu pendidikan itu dibutuhkan. Dinamika perkembangan ini serta merta munculnya aliran-aliran pendidikan. Pemahaman  terhadap aliran pendidikan memilikan arti yang sangat penting, ketika seseorang pendidik ataupun calon pendidik hendak menangkap hakikat dari setiap dinamika perkembangan pemikiran tentang pendidikan. Berbagai pemikiran tentang pendidikan tempo dulu secara realita telah memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi praktek pendidikan bahkan pengaruhnya sempat meluas dan berkembang di benua Eropa dan Amerika. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas kami menyajikan berbagai aliran yang muncul di dunia pendidikan.

1.2  TUJUAN
1.2.1        Memahami berbagai macam aliran pendidikan
1.2.2        Mengerti arah aliran pendidikan yang berkembang
1.2.3        Mengetahui sumber dari aliran-aliran yang muncul

1.3  RUMUSAN MASALAH
1.3.1        Apakah aliran pendidikan itu?
1.3.2        Bagaimanakah arah aliran pendidikan yang sedang berkembang?
1.3.3        Dari manakah sumber dari aliran-aliran yang muncul?
1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ALIRAN EMPIRISME
Aliran empirisme yang dipelopori oleh John Locke (Gambar 2.1), filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 teorinya dikenal dengan Tabula rasa (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih yang belum ditulisi. Teori ini secara jelas mengatakan anak sejak lahir tidak mempunyai bakat dan kemampuan. (Purwanto, 2006 :16 )
Gambar  2.1
Oleh karena itu, orang tua tidak banyak berpengaruh terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan, menurutnya, pengalaman empiris yang dapat membentuk kemampuan anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam,dan budaya). Menurut aliran ini, pendidik berfungsi sebagai faktor luar yang memegang peranan penting dalam membentuk peserta didik, oleh karena itu menurut aliran ini pendidik harus menyediakan lingkungan pedidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman sehingga pengalaman yang diperoleh anak tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak sesuai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal,ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung. Empirisme berasal dari kata empiris yang artinya pengalaman. Tokoh aliran ini ialah John Locke yang mengatakan bahwa jika seorang anak itu seperti kertas putih yang dapat ditulisi menurut kehendak yang menulis. Aliran empirisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada.
2
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dianggap tidak menentukan. Menurut kenyataan dalam kehidupan sehari–hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupakecerdasan dan kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat pendapat yang memandang manusia sebagai mahluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi tingkah laku. Aliran empirisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada, yang dimiliki anak adalah akibat pendidikan baik sifat yang baik maupun sifat yang jelek, jadi perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungan atau dengan pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil, sehingga manusia dapat menjadi apa saja atau menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya.
3
2.2 ALIRAN NATIVISME
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer
(Gambar 2.2) seorang Filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor–faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan. Nativisme berpendapat jika anak memiliki bakat jahat dari lahir ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Berdasarkan pandangan ini, keberhasilan pendidikan ditentukan olah anak didik sendiri. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat, dia akan menjadi jahat, sebaliknya, kalau anak membawa pembawaan baik, dia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik tidak akan diubah dari kekuatan luar. Meskipun dalam kenyataan sehari-sehari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya, tetapi pembawaan itu bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang bisa mempengaruhi perkembangan anak dalam menuju kedewasaannya.
Kaum nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat –sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat tidak akan menjadi baik.
2.3  ALIRAN NATURALISME
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah naturalisme yang dipelopori oleh J.J. Rousseau (Gambar 2.3). Naturalisme mempunyai pandanganbahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga naturalisme sering disebut negativisme.
Gambar  2.3
Naturalisme memiliki prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin, 1992: 9), bahwa anak didik belajar melalui pengalaman sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam diri secara alami. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberaniaan anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.Tanggung jawab belajar tergantung pada diri anak didik sendiri. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.



2.4  ALIRAN KONVERGENSI

4
Tokoh aliran konvergensi adalah Willian Stern, ia seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran konvergensimerupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
5
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Inggris, atau bahasa Makassar, dan lain-lain. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungan sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan, meskipun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama.
William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan. Karena itu, teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat ke satu titik). Menurut teori konvergensi ada tiga prinsip: (1)pendidikan mungkin untuk dilaksanakan, (2) pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik, dan (3) yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu. Variasi-variasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan pandangan tentang strategi yang tepat untuk memahami perilaku manusia. Seperti strategi disposisional/konstitusional, strategi phenomenologis/humanistik, strategi behavioral, strategi psikodinamik/psiko-analitik, dan sebagainya. Demikian pula halnya dalam belajar mengajar, variasi pendapat itu telah menyebabkan munculnya berbagai teori belajar dan atau teori/model mengajar. Jadi tegasnya proses pendidikan adalah hasil kejasama dari faktor-faktor yang dibawa ketika lahir dengan lingkungan.



2.5  ALIRAN PROGRESIVISME

Tokoh aliran Progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya. Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani,namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan,perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung disekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun diluar sekolah.

2.6  ALIRAN KONSTRUKTIVISME

6
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemiolog Italia. Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Suparno,1997:24). Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena Dia Pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan. Bagi Vico, pengetahuan dapat menunjuk pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan tidak bisa lepas dari subjek yang mengetahui. Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya. Pengetahuan merupakan suatu proses, bukan suatu barang.
7
Menurut Piaget, mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara
pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga dapat terbentuk pengertian baru (Suparno, 1997 :33).
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan data baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali yang secara terus menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Suwardi, 2004 : 24).
Aliran Kontruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri sesorang, melalui pengalaman yang diterima lewat pencaindra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba,penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman.


2.7 GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
2.7.1  Pembelajaran Alam Sekitar
Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta didik sehingga peserta didik akan mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata. Melali penjelajahan alam yang dlakukan, maka peserta didik akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya.

8
2.7.2  Pengajaran Pusat Perhatian (Centres D’interet)
Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak. Dari pusat perhatian ini kemudian diambil pelajaran-pelajaran lain. Dalam pengajaran ini anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.
2.7.3 Sekolah Kerja
Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh karena itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan.
2.7.4  Pengajaran Proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan pengajaran proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut Kilpatrick, dengan tetap duduk di bangku masing-masing, maka pembentukan watak para peserta didik tidak dapat terlaksana.

2.8 ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
2.8.1 Taman Siswa
Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hadjar Dewantara.
Taman Siswa memiliki asas-asas sebagai berikut:
- Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri
- Asas kebudayaan (kebudayaan Indonesia)
- Asas kerakyatan
9
- Asas kekuatan sendiri (berdikari)
- Asas berhamba kepada anak
    Taman Siswa memiliki dasar-dasar pendidikan yang disebut Panca Dharma, yaitu:
- Kemanusiaan                        à Cinta kasih terhada sesama manusia dan semua mahkluk ciptaan Tuhan.
- Kodrat hidup                        à Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga manusia hidup selamat dan bahagia.
- Kebangsaan                          à Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum.
- Kebudayaan                          à Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.
- Kemerdekaan/kebebasan      à Apabila anak tidak diberikan kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya.
            Ki Hadjar Dewantara juga mengajarkan semboyan kepada pendidik yaitu:
* Ing ngarsa sung tuladha   à Memberikan teladan kepada peserta didik                   ketika berada di depan.
* Ing madya mangun karsa    à Membangun semangat kepada peserta didik ketika berada di tengah.
* Tut wuri handayani                   à Mengarahkan peserta didik agar tidak salah bertindak ketika berada di belakang.








10
2.8.2  INS (Indonesiche Nederlansce School)
Merupakan sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.





                        



















BAB III
PENUTUPAN

3.1 SIMPULAN

            Berbagai bentuk aliran yang muncul perlu pemahaman yang serius, pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam setiap artiannya. Aliran – aliran yang muncul sangatlah berpengaruh dalam perkembangan pendidikan untuk masa kini dan masa depan.

3.2 SARAN

·         Mari kita memahami aliran-aliran pendidikan sebelum memahami perkembangan pendidikan yang berkembang dalam masyarakat
·         Mari kita mengikuti perubahan gerakan – gerakan yang diterapkan dalam Indonesia saat ini untuk terciptanya kesinambungan dalam penyusunan makalah
·         Mari kita mencari perubahan aliran – aliran yang berlaku saat ini sehingga dalam penyusunan makalah akan lebih lengkap












11

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto. 2006.  Pengantar Pendidikan Jilid 1. Jakarta. Penerbit: PT. Grasindo
Arifin, M, 1992. Pendidikan Abad Keduapuluh Dengan Latar Belakang Kebudayaannya. Jakarta. Penerbit: Mutiara
Suparno, Paul. 1997. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. Penerbit : Unnes Press
Suwardi. 2004. Ilmu Kependidikan Jilid 1. Bandung. Penerbit : Balai Pustaka











12

pengantar aliran pendidikan


ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar – Dasar Menulis


oleh:

TITIS ANTIKA SARI
2101412003



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

PRAKATA

            Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan alam dan seisinya. Dengan kekuasaan-Nya pula, penulis telah menyelesaikan penyusunan makalah,      makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan sebagai bahan pengajaran mengenai ilmu pendidikan dengan sub judul “aliran-aliran pendidikan”.
            Penulis mengucapkan terimakasih atas kerjasama dari berbagai pihak, sehingga terciptanya karsa warsa dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia memiliki keterbatasan, tentunya makalah  ini masih jauh dari sempurnaan.. Penulis senantiasa mengharapkan kontribusi pemikiran pembaca , baik berupa kritik maupun saran demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.........



                                                                        Semarang,    Desember 2012
                                                                        Penulis







i
DAFTAR ISI

PRAKATA.............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
            BAB I PENDAHULUAN               
1.1  LATAR BELAKANG................................................................................................1
1.2  TUJUAN ..................................................................................................................1
1.3  RUMUSAN MASALAH...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
            2.1 ALIRAN EMPIRISME..............................................................................................2
            2.2 ALIRAN NATIVISME..............................................................................................3
            2.3 ALIRAN NATURALISME........................................................................................4
                        2.4 ALIRAN KONVERGENSI ......................................................................................5
            2.5 ALIRAN PROGRESIVISME....................................................................................6
            2.6 ALIRAN KONSTRUKTIVISME..............................................................................6
            2.7 GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN............................................................7
            2.8 ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA................................................8
BAB III PENUTUP
            3.3 SIMPULAN.............................................................................................................11
            3.4 SARAN....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12









ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pemikiran dan praktek pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan sejak jaman dahulu, perkembangan pendidikan mengikuti dengan perkembangan IPTEK. Berbagai pikiran tentang pendidikan sangatlah beraneka ragam, perubahan sosial budaya merupakan salah satu faktor pemicu pendidikan itu dibutuhkan. Dinamika perkembangan ini serta merta munculnya aliran-aliran pendidikan. Pemahaman  terhadap aliran pendidikan memilikan arti yang sangat penting, ketika seseorang pendidik ataupun calon pendidik hendak menangkap hakikat dari setiap dinamika perkembangan pemikiran tentang pendidikan. Berbagai pemikiran tentang pendidikan tempo dulu secara realita telah memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi praktek pendidikan bahkan pengaruhnya sempat meluas dan berkembang di benua Eropa dan Amerika. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas kami menyajikan berbagai aliran yang muncul di dunia pendidikan.

1.2  TUJUAN
1.2.1        Memahami berbagai macam aliran pendidikan
1.2.2        Mengerti arah aliran pendidikan yang berkembang
1.2.3        Mengetahui sumber dari aliran-aliran yang muncul

1.3  RUMUSAN MASALAH
1.3.1        Apakah aliran pendidikan itu?
1.3.2        Bagaimanakah arah aliran pendidikan yang sedang berkembang?
1.3.3        Dari manakah sumber dari aliran-aliran yang muncul?
1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ALIRAN EMPIRISME
Aliran empirisme yang dipelopori oleh John Locke (Gambar 2.1), filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 teorinya dikenal dengan Tabula rasa (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih yang belum ditulisi. Teori ini secara jelas mengatakan anak sejak lahir tidak mempunyai bakat dan kemampuan. (Purwanto, 2006 :16 )
Gambar  2.1
Oleh karena itu, orang tua tidak banyak berpengaruh terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan, menurutnya, pengalaman empiris yang dapat membentuk kemampuan anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam,dan budaya). Menurut aliran ini, pendidik berfungsi sebagai faktor luar yang memegang peranan penting dalam membentuk peserta didik, oleh karena itu menurut aliran ini pendidik harus menyediakan lingkungan pedidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman sehingga pengalaman yang diperoleh anak tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak sesuai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal,ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung. Empirisme berasal dari kata empiris yang artinya pengalaman. Tokoh aliran ini ialah John Locke yang mengatakan bahwa jika seorang anak itu seperti kertas putih yang dapat ditulisi menurut kehendak yang menulis. Aliran empirisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada.
2
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dianggap tidak menentukan. Menurut kenyataan dalam kehidupan sehari–hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupakecerdasan dan kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat pendapat yang memandang manusia sebagai mahluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi tingkah laku. Aliran empirisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada, yang dimiliki anak adalah akibat pendidikan baik sifat yang baik maupun sifat yang jelek, jadi perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungan atau dengan pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil, sehingga manusia dapat menjadi apa saja atau menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya.
3
2.2 ALIRAN NATIVISME
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer
(Gambar 2.2) seorang Filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor–faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan. Nativisme berpendapat jika anak memiliki bakat jahat dari lahir ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Berdasarkan pandangan ini, keberhasilan pendidikan ditentukan olah anak didik sendiri. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat, dia akan menjadi jahat, sebaliknya, kalau anak membawa pembawaan baik, dia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik tidak akan diubah dari kekuatan luar. Meskipun dalam kenyataan sehari-sehari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya, tetapi pembawaan itu bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang bisa mempengaruhi perkembangan anak dalam menuju kedewasaannya.
Kaum nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat –sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat tidak akan menjadi baik.
2.3  ALIRAN NATURALISME
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah naturalisme yang dipelopori oleh J.J. Rousseau (Gambar 2.3). Naturalisme mempunyai pandanganbahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga naturalisme sering disebut negativisme.
Gambar  2.3
Naturalisme memiliki prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin, 1992: 9), bahwa anak didik belajar melalui pengalaman sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam diri secara alami. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberaniaan anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.Tanggung jawab belajar tergantung pada diri anak didik sendiri. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.



2.4  ALIRAN KONVERGENSI

4
Tokoh aliran konvergensi adalah Willian Stern, ia seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran konvergensimerupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
5
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Inggris, atau bahasa Makassar, dan lain-lain. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungan sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan, meskipun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama.
William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan. Karena itu, teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat ke satu titik). Menurut teori konvergensi ada tiga prinsip: (1)pendidikan mungkin untuk dilaksanakan, (2) pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik, dan (3) yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu. Variasi-variasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan pandangan tentang strategi yang tepat untuk memahami perilaku manusia. Seperti strategi disposisional/konstitusional, strategi phenomenologis/humanistik, strategi behavioral, strategi psikodinamik/psiko-analitik, dan sebagainya. Demikian pula halnya dalam belajar mengajar, variasi pendapat itu telah menyebabkan munculnya berbagai teori belajar dan atau teori/model mengajar. Jadi tegasnya proses pendidikan adalah hasil kejasama dari faktor-faktor yang dibawa ketika lahir dengan lingkungan.



2.5  ALIRAN PROGRESIVISME

Tokoh aliran Progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya. Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani,namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan,perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung disekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun diluar sekolah.

2.6  ALIRAN KONSTRUKTIVISME

6
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemiolog Italia. Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Suparno,1997:24). Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena Dia Pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan. Bagi Vico, pengetahuan dapat menunjuk pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan tidak bisa lepas dari subjek yang mengetahui. Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya. Pengetahuan merupakan suatu proses, bukan suatu barang.
7
Menurut Piaget, mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara
pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga dapat terbentuk pengertian baru (Suparno, 1997 :33).
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan data baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali yang secara terus menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Suwardi, 2004 : 24).
Aliran Kontruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri sesorang, melalui pengalaman yang diterima lewat pencaindra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba,penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman.


2.7 GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
2.7.1  Pembelajaran Alam Sekitar
Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta didik sehingga peserta didik akan mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata. Melali penjelajahan alam yang dlakukan, maka peserta didik akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya.

8
2.7.2  Pengajaran Pusat Perhatian (Centres D’interet)
Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak. Dari pusat perhatian ini kemudian diambil pelajaran-pelajaran lain. Dalam pengajaran ini anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.
2.7.3 Sekolah Kerja
Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh karena itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan.
2.7.4  Pengajaran Proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan pengajaran proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut Kilpatrick, dengan tetap duduk di bangku masing-masing, maka pembentukan watak para peserta didik tidak dapat terlaksana.

2.8 ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
2.8.1 Taman Siswa
Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hadjar Dewantara.
Taman Siswa memiliki asas-asas sebagai berikut:
- Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri
- Asas kebudayaan (kebudayaan Indonesia)
- Asas kerakyatan
9
- Asas kekuatan sendiri (berdikari)
- Asas berhamba kepada anak
    Taman Siswa memiliki dasar-dasar pendidikan yang disebut Panca Dharma, yaitu:
- Kemanusiaan                        à Cinta kasih terhada sesama manusia dan semua mahkluk ciptaan Tuhan.
- Kodrat hidup                        à Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga manusia hidup selamat dan bahagia.
- Kebangsaan                          à Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum.
- Kebudayaan                          à Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.
- Kemerdekaan/kebebasan      à Apabila anak tidak diberikan kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya.
            Ki Hadjar Dewantara juga mengajarkan semboyan kepada pendidik yaitu:
* Ing ngarsa sung tuladha   à Memberikan teladan kepada peserta didik                   ketika berada di depan.
* Ing madya mangun karsa    à Membangun semangat kepada peserta didik ketika berada di tengah.
* Tut wuri handayani                   à Mengarahkan peserta didik agar tidak salah bertindak ketika berada di belakang.








10
2.8.2  INS (Indonesiche Nederlansce School)
Merupakan sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.





                        



















BAB III
PENUTUPAN

3.1 SIMPULAN

            Berbagai bentuk aliran yang muncul perlu pemahaman yang serius, pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam setiap artiannya. Aliran – aliran yang muncul sangatlah berpengaruh dalam perkembangan pendidikan untuk masa kini dan masa depan.

3.2 SARAN

·         Mari kita memahami aliran-aliran pendidikan sebelum memahami perkembangan pendidikan yang berkembang dalam masyarakat
·         Mari kita mengikuti perubahan gerakan – gerakan yang diterapkan dalam Indonesia saat ini untuk terciptanya kesinambungan dalam penyusunan makalah
·         Mari kita mencari perubahan aliran – aliran yang berlaku saat ini sehingga dalam penyusunan makalah akan lebih lengkap












11

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto. 2006.  Pengantar Pendidikan Jilid 1. Jakarta. Penerbit: PT. Grasindo
Arifin, M, 1992. Pendidikan Abad Keduapuluh Dengan Latar Belakang Kebudayaannya. Jakarta. Penerbit: Mutiara
Suparno, Paul. 1997. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. Penerbit : Unnes Press
Suwardi. 2004. Ilmu Kependidikan Jilid 1. Bandung. Penerbit : Balai Pustaka











12